Kamis, 07 April 2011

Aksi Teror Bom Buku

Manusia Dan Kegelisahan

Teror bom kembali melanda Tanah Air. Peneror menyebarkan paket bom buku ke sejumlah tokoh. Sasarannya langsung yang dituju. Tak tanggung-tanggung tepat pada 15 Maret 2011, empat paket bom dialamatkan kepada empat tokoh. Paket mengarah ke pendiri Jaringan Islam Liberal dan Ketua DPP Partai Demokrat Ulil Abshar Abdalla, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Gories Mere, Ketua Pemuda Pancasila Yapto Soeryosumarno, dan pimpinan Republik Cinta Management Ahmad Dhani.

Dari empat tempat, satu paket bom buku yang dialamatkan ke Komunitas Utan Kayu, Jakarta Timur melukai tiga orang. Seorang di antaranya adalah Kepala Satuan Reserse Kriminal Jakarta Timur Komisaris Polisi Dodi Rahmawan. Tangan kiri Dodi putus usai bom meledak.

Sementara dua bom lain yakni di Kantor BNN di Cawang, Jaktim dan di kediaman Ahmad Dhani di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan berhasil diledakkan. Masing-masing buku yang diarahkan ke empat tokoh memiliki judul berbeda. Buku kepada Ulil berjudul Mereka yang Harus Dibunuh karangan Sulaiman Azhar Lc, buku kepada Gories Mere berjudul Pesta Narkoba para Pejabat Negara karangan Sulaiman Azhar Lc, buku untuk Yapto berjudul Masih Adakah Pancasila karangan Busro Jahul serta Dhani dengan buku berjudul Yahudi Militan karangan Alamsyah Mukhtar.

Empat kasus ini ternyata menjadi modus operandi yang bisa dikatakan serupa satu sama lain. Polda Metro Jaya merespons kasus ini dan menggelar penyelidikan.

Selang beberapa hari, paket mencurigakan kembali muncul. Paket ditemukan tergeletak di pinggir jalan di kawasan Kota Wisata Cibubur, Jawa Barat. Tim Gegana segera mengamankan paket yang terbungkus kantong plastik hitam. Paket di kawasan Kota Cibubur jaraknya tak jauh dari kediaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Cikeas yakni tiga kilometer.

Paket-paket bom yang menggegerkan ini membuat Presiden SBY angkat bicara. Presiden mendapat informasi yang mengesankan ketidakmampuan SBY menjaga keamanan. "Kepada kelompok seperti itu kalau toh tidak suka dengan saya, jangan korbankan rakyat," kata Presiden Yudhoyono.

Sementara Wawan Purwanto, seorang pengamat intelijen menduga pelaku adalah kelompok lama. Daftar-daftar target pun adalah orang-orang lama, kecuali Dhani dan Yapto. "Dia punya daftar itu sekitar 70 orang," jelas Wawan.

Tim SIGI berusaha menyelidiki alamat-alamat si pengirim paket bom di tiga tempat di Bogor, Jabar. Tiga tempat yakni di Kecamatan Ciomas, Dramaga, dan Kecamatan Cikaracak. Dari ketiga alamat itu, tak ada satu pun yang berhasil ditemukan.

Penelusuran di Kecamatan Dramaga misalnya. Menurut Ivan, seorang saksi alamat yang dimaksud si pengirim hanyalah bangunan Musala Nurul Azman. Bangunan dihibahkan seorang ulama sejak lama ke masyarakat. Di kawasan Kecamatan Cikaracak pun, tak ada warga yang mengenal nama si pengirim Busro Jahul.

Situasi yang mencemaskan menyusul "hantu" paket bom buku dimanfaatkan sejumlah oknum. Paket, bungkusan, tas dan bentuk lain gentayangan membuat teror. Dan memang hasilnya banyak warga takut. Termasuk ketika ditemukan paket mencurigakan di Gereja Kibaid di Parepare, Sulawesi Selatan. Ditemukan tujuh paket di antara tempat duduk jemaat.

Dalam gereja paket ditemukan terbungkus rapi tanpa alamat pengirim. Setelah digeledah polisi, isinya cuma buku-buku agama tanpa bahan peledak.

Tak sedikit warga melapor saat menerima atau menemukan paket mencurigakan. Tim Gegana pun dibuat sibuk. Wawan, pengamat intelijen mengatakan kasus ini memberi pengaruh jangka pendek yakni trauma.

Penyelidikan polisi sejauh ini sudah mengarah pada pengantar paket yang sempat dilihat sejumlah saksi mata. Tergambar ciri-ciri pengantar paket memiliki tubuh sedang, mata sayu, berjenggot sedikit, tinggi 65 centimeter, usia sekitar 30 tahun, dan kulit sawo matang. Foto pun disebar.

Paket-paket bom buku ini memang memiliki daya ledak rendah. Berbeda dibanding motif teroris dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Bom di dua tempat hiburan di Kuta, Bali pada 2002 meledak. Lebih dari 200 orang tewas. Lalu Oktober 2005 Kuta diguncang bom dan menewaskan 22 orang tewas. Sementara di Jakarta bom meledak di Hotel Marriott, Agustus 2003 menewaskan 14 orang. Bom berikutnya di Hotel Marriott dan Ritz Carlton, Juli 2009. Sembilan orang meninggal. Semua di area publik

sumber : seputar indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar